Kamis, 08 Desember 2011

Amanah


Ada dua term yang berdekatan yaitu Siddiq dan Amanah. Shiddiq berarti benar dan jujur sedangkan amanah berarti bertanggungjawab. Dalam bahasa Indonesia, amanah sering diterjemahkan jujur. Jujur lebih merupakan "sifat dalam" yang bernuansa lurus. Amanah lebih
merupakan aplikasi tanggungjawab dalam kehidupan. Terkadang jujur berkonotasi negatif. "Jujur amat lu." Satu kejujuran yang bernuansa lurus naif, dan memang orang yang naif (o'on), biasanya jujur dalam segala hal sampai yang rahasiapun dibuka apa adanya. Sedangkan amanah lebih mengedepankan tanggungjawab dan sadar akan resiko, oleh karena itu orang yang amanah akan menseleksi apa-apa yang bisa dikatakan sejujurnya dan apa-apa yang tidak perlu dikatakan.

Dalam bahasa sehari-hari, karakteristik orang yang jujur sering digambarkan sebagai orang yang tidak suka bohong, bisa dipercaya dan gaya hidupnya lurus. Kebalikkan dari sifat jujur adalah
suka dusta dan berkhianat, oleh karena itu gaya hidupnya penuh tipudaya. Sifat amanah dan contoh orang jujur disebut dalam Quran adalah Nabi Muhammad dan Nabi Musa. Pada masa
mudanya Muhammad diberi gelar oleh masyarakatnya dengan sebutan al-Amin. Muhammad al- Amin artinya orang yang amanah. yang dapat dipercaya. Predikat ini diberikan oleh masyarakat karena belum pernah menjumpai Muhammad berdusta. Apapun yang dikatakan oleh
Muhammad, masyarakat pasti percaya. Karena selama hidupnya muhammad tak pernah dijumpai berdusta. Sementara Nabi Musa disebut juga sebagai sosok yang kuat dan jujur (al qawiyyu al
amin Q/al Qasas:26)

Dalam bahasa Arab maupun istilah syara' amanah mengandung banyak arti tetapi secara umum seorang yang berakhlak amanah atau jujur adalah orang yang bisa memelihara hak-hak Allah dan hak-hak manusia pada dirinya, yang dengan itu ia tidak pernah menyia-nyiakan tugas yang diembannya baik tugas ibadah maupun muamalah. Amanah juga berarti menempatkan sesuatu
pada tempatnya yang layak dan patut. Dari pengertian ini maka secara lebih rinci, karakter orang yang jujur atau amanah adalah sebagai berikut:
(a) Bisa memikul tanggungjawab dari apa yang menjadi kewajibannay.
(b) Menempatkan orang dalam tugas sesuai dengan kapabilitasnya bukan karena pertimbangan keuntungan yang tersebunyi atau nepotisme.
(c) Jika diberi titipan ia bisa menjaga apa yang dititipkan dalam keadaan utuh.
(d) Jika menjalankan tugas ia tidak mengambil keuntungan pribadi dari tugas itu (korupsi)
(e) Tidak menyembunyikan apa-apa yang mestinya dibayarkan baik menyangkut hubungan dengan Tuhan (zakat) dengan negara (pajak) maupun dengan keluarga (nafkah).
(f) Mampu menyimpan apa yang harus dirahasiakan, baik rahasia tugas maupun rahasia kehormatan.
(g) Jika berjanji ia menunaikan janjinya.

Kejujuran merupakan nurani yang ada didalam hati, bukan pengetahuan yang ada difikiran. Oleh karena itu pengetahuan agama, pengetahuan tentang nilai kejujuran tidak cukup untuk membuat orang menjadi jujur. Kejujuran tidak berlangsung begitu saja tetapi membutuhkan dukungan infrastruktur yang kondusif untuk itu. Tak jarang orang baik benar-benar jujur kemudian hilang kejujurannya ketika ia memikul tanggungjawab tugas yang menggoda tanpa sistem pengawasan yang memadai.

Manajemen Kejujuran
Meskipun fitrah manusia pada dasarnya baik, jujur, lugu, berketuhanan dan memiliki rasa keadilan tetapi ia juga memiliki syahwat dan nafsu yang cenderung menuntut pemuasan mendesak. Sudah menjadi sunnah kehiduapn bahwa daya tarik keburukan itu lebih kuat dibanding daya tarik kebaikan. Untuk menggapai kebaikan orang harus berfikir dengan skala jauh, sementara keburukan justru menggoda dengan argumen praktis dan langsung dengan slogan "yang penting sekarang." Banyak orang mendalami ilmu kebaikan dalam kurun waktu
yang panjang hingga menguasai teori dan hukum-hukumnya tetapi tiba-tiba ia terjerumus kepada keburukan yang baru saja dikenalnya. Secara individu, manusia harus memenej hidupnya secara amanah, membiasakan diri tingkah lakunya yang termonitor oleh keluarga yang dengan itu
suasana menjadi kondusif untuk jujur. Secara nasional, kejujuran juga dapat disosialisasikan dan direkayasa melalui sistem politik, ekonomi, sosial budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HADITS DAKWAH PERTEMUAN KE 11

HADITS HADITS TENTANG KEUTAMAAN DAKWAH HADITS HADITS YANG BERKAITAN DENGAN KEUTAMAAN DAKWAH   A.     Dakwah adalah Muhimmatur Rus...