اَلْحَمْدُ
لِلّهِ الَذِى جَعَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرَ الْخَيْرَاتِ وَالْبَرَكَةِ شَهْرَ
الطَّاعَاتِ وَالْمَبَرَّاتِ شَهْرَ الصّيَامِ وَالْقِيَامِ وَأشْهَدُ أنْ لا
اِلهَ اِلااللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنْفَرِدُ بِالْوَحْدَانِيّةِ
وَالْقُدْرَةِ الّذِى فَضَّلَ بَعْضَ الشُّهُوْرِ وَالاَيَّامِ عَلَى بَعْضٍ
وَجَعَلَ شَهْرَ رَمَضَانَ مِنَ الشُّهُوْرِالْعِظَامِ وَأيَّامَهُ مِنَ الايَّامِ
الْكِرَامِ وَأشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِى
أرْسَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اللّهُمَّ صَلي وِسَلِّمْ عَلَى
عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ لِقَاءِ رَبِّهِمْ. فَيَا عِبَادَاللهِ
اتَّقُوْاللهَ وَلا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَاِنَّ مَصِيْرَهَا
اِلَى الزَّوَالِ
Sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Puja dan puji syukur kepada Allah karena pada tahun
ini kita kita diberi kesempatan kembali untuk bertemu dengan tamu yang sangat
mulia, yakni bulan suci Ramadhan. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama
menyambut bulan suci ini dengan ucapan ahlan wa sahlan wa marhaban ya
ramadhan, selamat datang Ramadahan 1436 H, bulan yang dimuliakan Allah, bulan yang penuh
dengan barokah dan ampunan.
Perintah untuk menyambut bulan ini dengan penuh rasa kegembiraan termaktub dalam sebuah hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:
Perintah untuk menyambut bulan ini dengan penuh rasa kegembiraan termaktub dalam sebuah hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:
قَدْ آتَاكُمْ رَمَضَانُ سَيِّدُ
الشُّهُوْرِ فَمَرْحَبًا بِهِ وَاَهْلاً جَاءَ شَهْرُ الصِّيَامِ بِبَرَكَاتٍ فَأكْرِمْ
بِهِ
Artinya: "Telah datang kepadamu bulan
Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka hendaklah engkau mengucapkan selamat
datang kepadanya. Telah datang bulan puasa dengan segenap berkah di dalamnya
maka hendaklah engkau memuliakannya."
Bulan ini adalah bulan yang diberkati, bulan ini
adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an, bulan ini adalah bulan terjadinya
peristiwa Lailatul Qadar, sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan dan di
bulan juga merupakan bulan dimana pintu maghfirah (ampunan) dibuka selebar-lebarnya
serta segenap amal kebajikan dilipatgandakan pahalanya. Mengingat betapa
mulianya bulan ini, maka alangkah bahagianya jika pada momentum Ramadhan ini
kita dapat bersama-sama meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita serta
mengisinya dengan segala kebajikan.
Sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Dari seluruh keistimewaan Ramadhan, yang paling
penting bagi kehidupan umat manusia terletak pada kewajiban untuk melaksanan
puasa sebagaimana firman Allah SWT:
يا ايُّهَا الّذِيْنَ امَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلّكُمْ
تَتَّقُوْنَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa." (QS Albaqarah 2: 183)
Dalam ayat ini, tersirat makna bahwa sebenarnya puasa
bukanlah ibadah yang baru dilaksanakan ketika kedatangan Islam akan tetapi
sudah dilaksanakan jauh sebelumnya. Para pakar perbandingan agama mendapatkan
data bahwa sebelum mengenal agama Samawi, orang-orang Mesir kuno, orang-orang
Yunani dan Romawi telah mengenal puasa. Demikian juga dengan orang-orang
Majusi, Budha, Yahudi dan Kristen. Dalam karyanya "al-Fahrasat" Ibnu
Nadim menyebutkan bahwa orang-orang Majusi berpuasa tiga puluh hari dalam setahun.
Mereka juga melakukan puasa-puasa sunnah yang ditujukan sebagai penghormatan
kepada bulan, Mars dan Matahari. Sementara At-Thabari dalam tafsirnya, Jami`
al-Bayan, menyebutkan bahwa seluruh pemeluk agama samawi (ahl
kitab) diwajibkan oleh Allah untuk melaksanakan puasa.
Barangkali terdapat perbedaan mengenai tata cara
berpuasa antara satu agama dengan agama lainnya. Namun yang penting untuk kita
camkan, dipraktekkannya model ibadah dengan cara menahan diri dari makan, minum
dan hawa nafsu oleh agama-agama dan umat manusia dari rentang masa yang satu ke
rentang masa berikutnya menegaskan bahwa ibadah puasa merupakan ibadah yang
bersifat universal. Ia dipandang sebagai jalan yang sangat efektif dalam dalam
mendekatkan diri kepada Tuhan.
Sedangkan dalam Islam, puasa memiliki keistimewaan
yang berbeda dengan ibadah-ibadah lain. Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah
berfiman:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ اِلا
الصَّوْم فَاِنَّهُ لِي وَاَنَا أجْزِي بِهِ
"Semua amal anak Adam (manusia) untuk dirinya
sendiri kecuali puasa, sebab puasa itu adalah untuk-Ku,
dan Aku sendiri yang akan membalasnya."
Ketika melaksanakan puasa, sebenarnya tidak ada yang
dapat mengetahui apakah seseorang sedang berpuasa atau tidak. Tidak menutup
kemungkinan adanya orang yang terlihat berpuasa namun sebenarnya ia tidak
melaksanakan ibadah puasa. Ketika sepi dari orang lain bisa saja ia makan,
minum atau mengumbar hawa nafsu tanpa sepengetahuan orang lain. Pendek
kata, hanya si pelakulah yang mengetahuinya apakah ia sedang berpuasa atau
tidak. Lalu apakah yang membuat seseorang tetap menjaga puasanya? Satu-satunya
jawaban adalah keimanan yang terpatri dalam jiwanya.
Dalam konteks ini, puasa sebenarnya adalah latihan dan
uji kesadaran akan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah, Dzat yang
mengetahui dan mengawasi segenap tingkah laku manusia, baik yang terlihat
maupun yang tersembunyi. Jika seseorang yang berpuasa betul-betul berdasarkan
motivasi keimanan nan dapat menjaga tindak tanduknya selama berpuasa maka ia
akan mendapatkan pencerahan ruhani dan dikembalikan kepada fitrahnya sebagai
manusia, makhluk yang mulai tanpa bercak noda dan dosa sebagaimana sabda
Rasulullah:
شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ كَتَبَ اللهُ
عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وسَنَّنَ لَكُمْ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ اِيْمَانًا
وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ اُمُّهُ
Artinya: "Bulan ramadhan, bulan dimana Allah
telah mewajibkan kamu sekalian berpuasa dan aku sunnahkan kamu untuk
melaksanakan sholat malam. Barangsiapa puasa Ramadhan dan sholat malam dengan
dasar iman dan ihtisab, dia telah keluar dari dosa-dosanya sebagaimana hari dia
dilahirkan oleh ibunya."
Sidang Jum'at yang berbahagia
Memang benar bahwa melaksanakan ibadah puasa bukanlah
sesuatu yang mudah karena membutuhkan latihan fisik dan psikologis. Namun perlu
juga disadari bahwa tidak ada sebuah keuntungan besar yang didapatkan dengan
upaya yang ala kadarnya. Sebaliknya setiap keuntungan besar hampir dapat
dipastikan merupakan buah dari kerja keras dengan dukungan dengan modal
yang besar pula.
Demikian juga dengan puasa Ramadhan. Di bulan ini,
fisik kita dilatih menahan lapar dan haus agar kita juga peka terhadap
penderitaan orang-orang miskin. Kita juga ditekankan untuk mengeluarkan infak
dan sedekah dari kelebihan harta yang kita miliki. Kesemuanya itu pada dasarnya
adalah sebuah pendidikan keimanan agar kita dapat merenung eksistensi diri kita
sebagai manusia dan hamba Allah. Lebih jauh lagi agar kita memahami tugas kita
sebagai umat Islam yang tidak hanya bertanggungjawab kepada diri kita sendiri
akan tetapi juga memiliki tanggung jawab atas umat Islam yang lainnya.
Ibadah seperti memberi infak dan shodaqah kepada
orang-orang yang miskin dan membutuhkan merupakan ibadah yang sangat penting,
bukan saja di bulan Ramadhan namun seharusnya juga selalu dilakukan di luar
bulan Ramadhan. Karena memperhatikan dan memabantu orang lain yang membutuhkan
pertolongan dapat mengasah kepekaan kita serta mempererat tali silaturrahmi dan
solidaritas sesama umat Islam. Dalam beberapa kesempatan kesempatan Rasulullah
SAW bersabda: "Muslim satu dengan yang lainnya seperti sebuah bangunan
yang saling mengokohkan satu dengan yang lainnya; Tidak sempurna iman salah
satu dari kalian hingga ia mampu mencinta saudaranya seperti ia mencintai
dirinya sendiri; Allah senantiasa menolong seorang hamba selama ia menolong
saudaranya."
Di samping itu, puasa juga merupakan benteng yang
menggiring manusia untuk berfikir sehat dan menekan hawa nafsunya. Rasulullah
sendiri mengibaratkan puasa sebagai "junnah" atau perisai. Dalam
sebuah hadis beliau bersabda:
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ فَاِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ
أحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفَثُ وَلا يَصْخَبُ فَاِنْ سَابَّهُ أحَدٌ أوْ قَاتَلَهُ
فَالْيَقُلْ اِنِّى صَائِمٌ
Artinya: "Puasa adalah perisai. Jika salah
satu dari kalian sedang berpuasa maka janganlah ia berkata kotor dan
mengeraskan perkataan. Jika seseorang mencacinya atau menantangnya maka
hendaklah ia berkata: 'sesungguhnya aku sedang berpuasa."
Berfikir sehat, pengendalian emosi serta menahan
amarah dan hawa nafsu ini merupakan hal yang sangat penting dalam puasa. Karena
sebagai seorang yang sedang berpuasa maka ia harus dapat memlihara seluruh
panca inderanya untuk tidak melakukan larangan Allah, terutama tidak melakukan
hal-hal yang dapat menyakiti atau merugikan orang lain, apalagi merampas harta
orang lain.
Sahabat Jabir bin Abdullah pernah berkata:
اِذَا صُمْتَ فَالْيَصُمْ سَمْعَكَ وَ
بَصَرَكَ وَلِسَانَكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَأْثَمِ وَدَعْ اَذَى الْخَادِمُ
وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌوَسَكِيْنَةُ يَوْمَ صِيَامِكَ وَلا تَجْعَلْ يَوْمَ
فِطْرِكَ وَصِيَامِكَ سَوَاءً
Artinya: "Apabila engkau sedang berpuasa,
hendaklah puasa juga pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari dusta dan
dosa. Jauhkanlah menyakiti pembantu. Hendaklah engkau berlaku terhormat dan
tenang di hari ketika engkau berpuasa. Janganlah engkau samakan hari ketika
engkau tidak puasa dengan hari ketika engkau berpuasa."
Dengan demikian, dengan datangnya bulan Ramadhan ini,
sudah sepatutnya bagi kita semua untuk lebih meningkatkan kualitas dan
kuantitas iman dan ketakwaan kita serta mengisi bulan Ramadhan dengan segenap
hal yang berguna, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Dan
semoga kita semua diberikan kekuatan lahir dan batin untuk bisa melaksanakan
puasa dengan sebaik-baiknya.
رَبّنَا تَقَبَّلْ مَنَّا اِنَّكَ
أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ أنْتَ التَّوَّابُ
الرَّحِيْمُ وَالْحَمْدُلِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar