Untuk memperoleh sakinah atau ketentraman dalam hidup pernikahan, dua orang pasangan suami isteri itu harus bisa menyatu
dalam satu ikatan.
Menurut al Quran surat ar Rum diatas,
tali temali perekat pernikahan
itu adalah mawaddah dan rahmah, cinta dan kasih sayang. Yang ideal adalah jika antara suami dan isteri diikat oleh perasaan mawaddah
dan rahmah sekaligus. Dalam bahasa Arab, mawaddah mengandung
arti kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari
kehendak buruk. Jadi cinta mawaddah adalah perasaan yang mendalam, luas, dan bersih
dari pikiran serta kehendak buruk. Sedangkan rahmah
mengandung pengertian dorongan psikologis untuk melindungi orang yang tak
berdaya.Rumah
tangga yang direkat oleh mawaddah dan rahmah adalah
pasangan dimana masing-masing secara
naluriah memiliki gelora
cinta mendalam untuk memiliki,
tapi juga memiliki perasaan
iba dan sayang dimana masing-masing
terpanggil untuk berkorban dan melindungi pasangannya dari
segala hal yang tidak
disukainya.
Mawaddah dan
rahmah itu sangat ideal.Artinya sungguh
betapa bahagianya jika pasangan rumah tangga itu diikat oleh mawaddah
dan rahmah sekaligus. Sesuatu yang ideal biasanya jarang terjadi.
Bagimana jika tidak? Seandainya mawaddahnya putus,
perasaan cintanya tidak lagi bergelora, asal masih ada rahmah,
ada kasih sayang, maka rumah
tangga itu masih terpelihara
dengan baik. Betapa banyak
suami
isteri yang
sebenarnya kurang dilandasi
oleh cinta membara, tetapi karena masih ada
rahmah, ada kasih sayang, maka rumah tangga itu tetap berjalan baik dan melahirkan generasi
yang terpuji. Rahmah yang terpelihara pada akhirnya memang
benar-benar mendatangkan rahmat Tuhan berupa
mawaddah.
Di
samping mawaddah dan rahmah,
Nabi menggaris bawahi dengan pernyataan bahwa pernikahan adalah amanah.
Kata Nabi wa akhaztumuhunna bi amanatillah, artinya: Kalian
mengambil pasanganmu
sebagai isteri (atau suami) adalah berdasar amanah Allah.
Dalam Al Quran, amanah diterangkan oleh
para ahli tafsir sekurang-kurangnya mengandung
tiga arti, yaitu: (1) titipan, (2)
tanggung jawab, dan (3) kepatuhan kepada hukum Allah. Amanah mengandung arti tanggungjawab dengan berlaku adil
dan rationil seraya menyadari implikasi dan
konsekwensi dari apa yang
dilakukannya. Isteri adalah amanah Allah kepada suami, suami
adalah amanah Allah kepada isteri. Keduanya harus komit kepada hak dan
kewajibannya serta menyadari
implikasi
dan konsekwensi dari apa yang
mereka lakukan. Kasus-kasus
buruk dalam keluarga pada umumnya bersumber dari
tidak dihiraukannya amanah ini.
Cinta
adalah salah satu sifat Tuhan yang maha Agung, oleh karena itu juga di dalamnya, di dalam cinta ada keagungan, keagungan
cinta. Manusia diperintahkan untuk meniru akhlak Tuhan. Dalam hal
cinta, orang yang memiliki perasaan cinta dan bisa mencintai adalah manusia
yang
mulia.
Namun cinta itu bertingkat-tingkat. Menurut Imam al Ghazali,
ada empat tingkatan kualitas cinta:
1. Ada orang yang hanya mencintai
diri sendiri, cinta diri. Segala ukuran kebaikan hanya diukur dengan kepentingan dirinya. Ini
adalah cinta yang paling
rendah kualitasnya.
2. Ada
orang yang mencintai
orang lain sepanjang orang itu membawa keuntungan bagi
dirinya.
Jika keuntungan dari cinta itu sudah tidak
ada maka cintanyapun putus.
Cinta tingkat ini adalah cinta pedagang, cinta transaksional.
3. Ada orang yang mencintai orang baik, meski ia tidak diuntungkan sedikitpun dari orang yang dicintainya itu. Cinta
tingkat ini sudah termasuk cinta
yang agung.
4. Ada orang yang mencintai kebaikan murni terlepas dari
siapapun yang memiliki kebaikan itu. Cinta tingkat ini adalah yang tertinggi, dan merekalah yang dapat
mencintai Tuhan, karena Tuhan itu adalah kebaikan an sich.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar