Jumat, 12 Mei 2017

Out of Comfort Zone

Bismillah

Sebagai warganet, sulit rasanya untuk tidak terlibat, setidaknya ikut beropini dalam kejadian-kejadian yang ramai diberitakan di dunia maya.
Apalagi jika kita memiliki akun media sosial, entah facebook, twitter, atau yang lainnya. Di satu sisi kita bebas mengekspresikan pendapat kita, juga apa yang kita yakini. Namun terkadang kita (saya khususnya) tidak siap untuk menerima perbedaan pendapat dari orang lain sesama warganet. Karena mereka pun memiliki hak yang sama sebagai user dari medsos, untuk menanggapi pendapat orang lain.

 
Perbedaan memang adalah sebuah keniscayaan, karena setiap orang adalah pribadi-pribadi unik sesuai fitrahnya. Orang cenderung mengidentifikasi dirinya dan orang lain untuk mendapatkan perbedaan dan persamaan diri mereka dengan orang lain. Dari hasil identifikasi diri inilah kemudian orang mengelompokkan diri sesuai dengan persamaan identitas dirinya. Sehingga, lahirlah kelompok-kelompok sosial sesuai dengan persamaan identitas diri masing-masing. 
Saya agak sedikit mual, dengan situasi jagat maya akhir-akhir ini. Resiko ketika bergaul di media sosial dengan berbagai macam identitas dan karakter manusia, adalah harus selalu siap menerima perbedaan pendapat. Karena, walaupun terkadang kita sudah mengidentifikasikan diri dalam kelompok yang sama, namun tetap saja ada perbedaan yang tidak terasa, dan kemudian baru muncul saat terpicu oleh suatu hal.
Saya bukan pengamat politik, ataupun pengamat sosial, dalam arti pengamat sosial politik yang diakui media (hehehe...), tapi tentu tidak haram bagi saya untuk turut mengamati fenomena sosial politik yang terjadi. Jadi wajar saja toh kalau saya juga memiliki opini tentang peristiwa koh Ahok yang disangka (dan terbukti di pengadilan) telah menista agama (Al-Qur'an/Islam). Dan tentu opini saya ini juga tidak terlepas dari komentar, dan pendapat dari orang lain, baik yang sependapat maupun yang tidak. Dan sekali lagi, kebebasan berpendapat sangat dijamin di media sosial ini, dan tidak menjadi hal yang tabu untuk berbeda pendapat. (dan pendapatan tentu saja).
Namun tentu saja, dalam berpendapat atau beropini, ada hal-hal yang dijadikan sandaran atau rujukan pendapat kita. Rujukan itu bisa jadi data, informasi, ataupun pendapat / opini orang lain yang kita percayai kredibilitasnya. Nah, disinilah kadang kita juga terjebak, karena, walaupun kita beropini dengan merujuk data atau opini orang lain, tetap saja terjadi saling silang sengketa pendapat, karena data atau sumber informasi yang tidak sama kredibilitasnya menurut kita dan orang lain.
Satu hal yang terkadang membuat saya ingin lucu adalah, orang kerap kali dengan mudah menilai seseorang bahkan kemudian menjustifikasinya, hanya dari opini seseorang tersebut yang dimuat di akun medsosnya. Padahal tentu saja, satu opini di medsos, belum tentu merepresentasikan jati diri dan identitas seseorang. 
Namun lagi-lagi, atas nama kebebasan berpendapat di dunia maya, justifikasi atas diri seseorang di medsos adalah sah-sah saja. Tinggal bagaimanakah kita akan memposisikan diri, dalam berpendapat dan menyebar opini kita kepada publik. Apakah ingin berada di zona nyaman, sehingga postingan kita sesuai keinginan dan pendapat lingkungan tempat kita bergaul. Atau mencoba sesuatu yang baru, keluar dari zona nyaman, mengeksplorasi dunia jagat maya yang luas tak bertepi...
Siap dibully....?
Siap dicaci maki...?
Siap dikeluarkan dari komunitas...?
Tenang, Bumi Allah itu Luas dan DATAR...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HADITS DAKWAH PERTEMUAN KE 11

HADITS HADITS TENTANG KEUTAMAAN DAKWAH HADITS HADITS YANG BERKAITAN DENGAN KEUTAMAAN DAKWAH   A.     Dakwah adalah Muhimmatur Rus...