Senin, 11 Juli 2011

Hari Ini Milik Anda

Jika  kamu  berada  di  pagi  hari,  janganlah  menunggu  sore  tiba.  Hari inilah yang akan Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala  kebaikan  dan  keburukannya,  dan juga bukan  esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya menyapa Anda inilah hari Anda.

Umur  Anda,  mungkin tinggal hari ini.  Maka,  anggaplah masa hidup Anda hanya hari ini,  atau seakan-akan Anda dllahirkan hari ini dan akan mati  hari  ini  juga.  Dengan  begitu,  hidup  Anda  tak  akan  tercabik-cabik diantara  gumpalan  keresahan,  kesedihan  dan  duka  masa  lalu  dengan bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian dan acapkali menakutkan.

Pada  hari ini pula,  sebaiknya  Anda  mencurahkan  seluruh perhatian, kepedulian  dan  kerja  keras.  Dan  pada  hari  inilah,  Anda  harus  bertekad mempersembahkan kualitas  shalat yang  paling  khusyu',  bacaan  al-Qur'an yang sarat tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal,  keindahan dalam akhlak,  kerelaan dengan semua yang Allah berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga,  serta perbuatan baik terhadap  sesama.

Pada  hari  dimana  Anda  hidup  saat  inilah  sebaiknya  Anda  membagi waktu dengan bijak. Jadikanlah  setiap  menitnya laksana ribuan tahun dan setiap  detiknya  laksana  ratusan  bulan.  Tanamlah  kebaikan  sebanyak- banyaknya pada hari itu. Dan,  persembahkanlah  sesuatu yang paling indah untuk hari  itu.   Ber-istighfar-lah   atas  semua  dosa,  ingatlah  selalu  kepada- Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan!  Terimalah rezeki, isteri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan jabatan Anda hari  dengan  penuh keridhaan.

{Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang yang bersyukur.} (QS. Al-A'raf: 144)

Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian dan  kebencian.
Jangan lupa,  hendaklah Anda  goreskan pada dinding hati Anda  satu kalimat (bila perlu Anda tulis pula di atas meja kerja Anda): Harimu adalah hari ini.  Yakni, bila hari ini Anda dapat memakan nasi hangat yang harum baunya,  maka  apakah nasi basi yang telah Anda makan kemarin atau nasi hangat  esok hari  (yang belum  tentu  ada)  itu  akan merugikan Anda?

Jika Anda  dapat minum  air jernih dan  segar hari ini,  maka mengapa And a  harus  bersedih  atas  air  asin  yang  And a  minum  kemarin,  atau mengkhawatirkan air hambar dan panas esok hari yang belum tentu terjadi?

Jika Anda percaya pada diri sendiri, dengan semangat dan tekad yang kuat  Anda,  maka  akan  dapat  menundukkan  diri  untuk  berpegang  pada prinsip: aku hanya akan hidup hari ini. Prinsip inilah yang akan menyibukkan diri Anda setiap detik untuk selalu memperbaiki keadaan, mengembangkan semua potensi,  dan mensucikan setiap  amalan.

Dan  itu,  akan  membuat  Anda  berkata  dalam  hati,  "Hanya  hari  ini aku  berkesempatan  untuk  mengatakan  yang  baik-baik  saja.  Tak  berucap kotor dan jorok yang menjijikkan,  tidak akan pernah mencela, menghardik dan  juga  membicarakan  kejelekan  orang  lain.   Hanya  hari  ini  aku berkesempatan  menertibkan  rumah  dan  kantor  agar  tidak  semrawut  dan berantakan.  Dan  karena  hanya  ini  saja  aku  akan  hidup,  maka  aku  akan memperhatikan kebersihan tubuhku, kerapian penampilanku, kebaikan tutur kata  dan  tindak  tandukku."

Karena  hanya  akan  hidup  hari  ini,  maka  aku  akan  berusaha  sekuat tenaga  untuk taat kepada Rabb,  mengerjakan shalat sesempurna mungkin, membekali  diri  dengan  shalat-shalat  sunah nafilah,  berpegang  teguh  pada al-Qur'an,  mengkaji  dan mencatat  segala  yang bermanfaat.

Aku hanya akan hidup hari ini,  karenanya aku akan menanam dalam hatiku semua nilai keutamaan dan mencabut darinya pohon-pohon kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri,  baik sifat  takabur,  ujub,  riya',  dan buruk  sangka.

Hanya  hari  ini  aku  akan  dapat  menghirup  udara  kehidupan,  maka aku  akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan  tangan kepada siapapun. Aku akan menjenguk mereka yang sakit, mengantarkan jenazah, menunjukkan jalan yang benar  bagi yang  tersesat,  memberi  makan  orang kelaparan,  menolong  orang yang  sedang kesulitan,  membantu yang  orang dizalimi,  meringankan  penderitaan  orang  yang  lemah,  mengasihi  mereka yang  menderita,  menghormati  orang-orang  alim,  menyayangi  anak  kecil, dan berbakti kepada  orang  tua.

Aku hanya akan hidup hari ini, maka aku akan mengucapkan, "Wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai,  tenggelamlah seperti mataharimu. Aku tak akan pernah menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku  termenung  sedetik  pun  untuk  mengingatmu.  Kamu  telah meninggalkan kami semua,  pergi dan tak pernah kembali lagi."

"Wahai masa depan,  engkau masih dalam kegaiban.  Maka,  aku tidak akan pernah bermain dengan khayalan dan menjual diri hanya untuk sebuah dugaan. Aku pun tak bakal memburu sesuatu yang belum tentu ada, karena esok hari mungkin  tak  ada  sesuatu.  Esok  hari  adalah  sesuatu  yang  belum diciptakan  dan  tidak  ada  satu  pun darinya yang  dapat  disebutkan."

"Hari  ini  milik  Anda",  adalah  ungkapan  yang  paling  indah  dalam
"kamus  kebahagiaan".  Kamus  bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.


(DR. Aidh Al-Qarni, Laa Tahzan, 2005: 6)

Minggu, 03 Juli 2011

Abu Nawas Mendemo Tuan Kadi


Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua
orang tamu datang ke rumahnya. Yang seorang adalah wanita tua penjual kahwa, sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir.
Wanita tua itu berkata beberapa patah kata kemudian diteruskan dengan si
pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh
murid-muridnya menutup kitab mereka.
"Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada
malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta
batu."
Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begitu patuh kepada Abu
Nawas. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu berada membuat kejutan dan
berddfa di pihak yang benar.
Pada malam harimya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa
peralatan yang diminta oleh Abu Nawas.
Berkata Abu Nawas,"Hai kalian semua! Pergilah malam hari ini untuk merusak
Tuan Kadi yang baru jadi."
"Hah? Merusak rumah Tuan Kadi?" gumam semua muridnya keheranan.
"Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintah gurumu ini!" kata Abu
Nawas menghapus keraguan murid-muridnya. Barangsiapa yang mencegahmu,
jangan kau perdulikan, terus pecahkan saja rumah Tuan Kadi yang baru. Siapa
yang bertanya, katakan saja aku yang menyuruh merusak. Barangsiapa yang
hendak melempar kalian, maka pukullah mereka dan iemparilah dengan batu."
Habis berkata demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke arah Tuan Kadi.
Laksana demonstran mereka berteriak-teriak menghancurkan rumah Tuan Kadi.
Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakukan mereka. Lebih-lebih
ketikatanpa basa-basi lagi mereka iangsung merusak rumah Tua Kadi. Orang-orang
kampung itu berusaha mencegah perbuatan mereka, namun karena jumlah
murid-murid Abu Nawas terlalu banyak maka orang-orang kampung tak berani
mencegah.
Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadi segera keluar dan
bertanya,"Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku?"
Murid-murid itu menjawab,"Guru kami Tuan Abu Nawas yang menyuruh kami!"
Habis menjawab begitu mereka bukannya berhenti malah terus menghancurkan
rumah Tuan Kadi hingga rumah itu roboh dan rata dengan tanah.
Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena tidak orang yang berani membelanya
"Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya
kepada Baginda."
Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kejadian semalam sehingga Abu
Nawas dipanggil menghadap Baginda.
Setelah Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya. "Hai Abu Nawas apa
sebabnya kau merusak rumah Kadi itu"
Abu Nawas menjawab,"Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada sliatu malam
hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak rumahnya.
Sebab rumah itu tidak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih bagus
lagi.Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah Tuan Kadi."
Baginda berkata," Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah
perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai itu?"
Dengan tenang Abu Nawas menjawab,"Hamba juga memakai hukum Tuan Kadi
yang baru ini Tuanku."
Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah Tuan Kadi menjadi pucat. la
terdiam seribu bahasa.
"Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?" tanya Baginda.
Tapi Tuan Kadi tiada menjawab, wajahnya nampak pucat, tubuhnya gemetaran
karena takut.
"Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapa ada peristiwa seperti
ini !" perintah Baginda.
"Baiklah ...... "Abu Nawas tetap tenang. "Baginda.... beberapa hari yang lalu
ada seorang pemuda Mesir datang ke negeri Baghdad ini untuk berdagang
sambil membawa harta yang banyak sekali. Pada suatu malam ia bermimpi
kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini
hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yang mendengar kabar itu langsung
mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu saja pemuda
Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah
terlihat arogansi Tuan Kadi, ia ternyata merampas semua harta benda milik
pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorang pengemis gelandangan dan
akhirnya ditolong oleh wanita tua penjual kahwa."
Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih belum percaya
seratus persen, maka ia memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda
Mesir. Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di
depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke
hadapan Baginda.
Berkata Baginda Raja,"Hai anak Mesir ceritakanlah hal-ihwal dirimu sejak
engkau datang ke negeri ini."
Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita Abu Nawas. Bahkan
pemuda itu juga membawa saksi yaitu Pak Tua pemilik tempat kost dia
menginap.
"Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang Kadi yang bejad
moralnya."
Baginda sangat murka. Kadi yang baru itu dipecat dan seluruh harta bendanya
dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir.
Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itu dengan Abu Nawas
pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir itu hendak membalas kebaikan Abu Nawas.
Berkata Abu Nawas,"Janganlah engkau memberiku barang sesuatupun
kepadaku. Aku tidak akan menerimanya sedikitpun jua."
Pemuda Mesir itu betul-betul mengagumi Abu Nawas. Ketika ia kembali ke
negeri Mesir ia menceritakan tentang kehebatan Abu Nawas itu kepada
penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menjadi sangat terkenal.

Sabtu, 02 Juli 2011

Manajemen Marah

Amarah adalah sifat alamiah yang dimiliki setiap manusia. Begitu kata Prof. DR. Dr. Dadang Hawari, Sp.KJ. Amarah manusia muncul karena adanya dorongan agresif yang lazim disebut dengan istilah human agressive.  Dorongan rasa marah ini bisa saja muncul karena sesuatu terjadi di luar dugaan atau di luar perhitungan. Harapan yang tinggi sementara kenyataannya tidak demikian juga bisa menyebabkan kekecewaan dan dapat memicu rasa marah.

Sejalan dengan dengan pandangan Dadang Hawari, psikolog E. Kristi Poerwandari dari Bagian Psikologi Klinis, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, mendefinisikan marah sebagai salah satu emosi.  Secara garis besar dorongan marah itu disebabkan oleh dua faktor. Pertama, faktor internal (dari dalam diri). Ada konflik internal yang tidak bisa terselesaikan dan akhirnya keluar dalam bentuk marah.  Misalnya Anda merasa gusar karena tak bisa bangun pagi sehingga selalu terlambat rapat dengan klien. Kedua, faktor eksternal. Misalnya, ada provokasi dari luar. 

Apapun penyebabnya, internal atau eksternal, marah merupakan emosi yang tersalur melalui sinyal pengantar syaraf atau neurotransmitter, pada sel-sel syarat pusat otak. Sinyal ini diteruskan ke kelenjar endokrin suprarenalis penghasil hormon adrenalin.  Akibatnya tekanan darah naik.  Mukanya menjadi merah, jantung berdebar-debar kencang mengikuti peningkatan hormon adrenalin tadi.

Biasanya dorongan untuk marah muncul untuk survival, atau mempertahankan hidup.  Orang tidak akan diam saja manakala dirinya diserang atau diperlakukan tidak adil oleh pihak lain.  Secara refleks akan timbul sikap mempertahankan diri, atau yang kita sebut defense mechanism. 

Menurut Kristi, marah sering dianggap sebagai emosi yang negatif sebab marah membangkitkan toksin yang meracuni emosi, dan dapat memunculkan tindakan yang berdampak negatif, seperti melukai orang lain.  Tapi marah tidak selalu itu buruk. Bila seseorang diperlakukan tidak baik, dan dia menunjukkan reaksi marah, itu dianggap sebagai hal yang wajar.  Marah bisa dinilai positif ketika perasaan itu muncul saat melihat seseorang diperlakukan tidak adil, atau menimbulkan rasa ingin menolong.  Artinya rasa marah itu bisa mendorong seseorang melakukan hal yang positif atau yang dianggap baik.

Ketika amarah diekspresikan secara destruktif (memaki, memukul, atau merusak barang), maka marah menjadi emosi yang buruk. Lepas kendali dapat memicu perasaan frustasi, bingung, dan tidak berdaya. Banyak gangguan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh marah yang tidak terkendali. Hasilnya antara lain ketegangan di lingkungan kerja atau kekerasan dalam rumah tangga. Ekspresi marah ini juga dituding memicu kriminalitas, bahkan konflik internasional.

Jadi, kata Kristi lagi, marah akan berdampak buruk bila diungkapkan secara agresif dan berlebihan.  Lebih buruk lagi bila yang bersangkutan tidak menyadari dirinya melakukan hal yang negatif. Karena itu ia menyarankan sebaiknya amarah dikeluarkan dengan syarat:
1.      Marah haruslah karena alasan yang tepat, bukan karena faktor subyektif.  Banyak kasus kemarahan timbul di lingkungan keluarga.  Misalkan suami marah secara berlebihan karena merasa tidak dihargai oleh istrinya, padahal hanyalah pandangan subyektif sang suami.
2.      Marah haruslah terkendali.  Marah yang membabi buta, bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. 

Marah juga bisa berdampak negatif pada diri sendiri atau pada diri orang lain ketika yang bersangkutan tidak secara jujur mengakui rasa marahnya, atau memendam amarah. Marah yang tidak dikeluarkan bisa menyebabkan sakit kepala, nyeri punggung, mual, bahkan depresi. Mereka yang suka meremehkan, mengkritik, dan berkomentar sinis terhadap orang lain biasanya adalah orang yang tidak terbiasa mengekspresikan kemarahannya.

Meskipun sebaiknya rasa marah itu dilepaskan saja dan jangan disimpan, Dadang Hawari menilai pendapat ini tidak selalu baik untuk diterapkan.  “Apakah kalau marah dilepaskan lantas kita menjadi puas?  Apa bukan sebaiknya justru menyebabkan orang yang dimarahi menjadi sakit dan akhirnya menimbulkan persoalan baru ?” ujar psikiater itu.   Lalu bagaimana baiknya?  “Yang baik adalah kalau merasa marah, kita redam dan netralisir dengan diri sendiri sambil menyelesaikan pokok permasalahan yang dihadapi,” tambah Dadang.

Sebetulnya rasa marah itu bisa dikelola.  Sebagai makhluk yang beradab, manusia tentu mempunyai mekanisme pengendalian diri. Ada orang yang mampu meredam marah tapi ada juga yang tidak bisa. Kalau pengendalian dirinya lemah, maka bisa terjadi agresivitas, dimana kemarahan secara fisik maupun verbal keluar membabi buta.  Tapi orang sudah terlatih untuk bisa sabar, mekanisme internal di dalam dirinya bisa meredam emosi yang meletup-letup dan tidak terpancing untuk bertindak agresif. 

Dadang Hawari mengatakan manajemen marah ini dilakukan dengan mengedepankan rasio dari pada emosional. Seseorang yang mampu mengelola amarahnya berarti melakukan mekanisme rasionalisasi dalam tubuhnya.  Mekanisme ini mengantarkan pola pikir yang sifatnya positif sehingga bisa meredam konflik atau emosi.  Tapi rasionaliasasi ini tidak muncul begitu saja, butuh kemauan, upaya dan latihan yang keras. 

Dalam berbagai kasus, seseorang yang terbiasa marah secara agresif bisa dilatih untuk mengendalikan emosi.  Caranya dengan mencari penyebab munculnya letupan marah tersebut. Misalnya pada kasus dimana rasa marah muncul untuk menutupi rasa kurang percaya diri, terapi yang dilakukan terlebih dahulu difokuskan pada upaya membangkitkan rasa percaya diri.

Menurut Kristi, salah satu terapi yang bisa diterapkan untuk mengontrol amarah adalah dengan membuat kontrak diri. Kontrak ini berisikan perjanjian tidak akan melakukan tindakan agresif yang merugikan orang lain. Bila melanggar, yang bersangkutan dikenakan sanksi yang berat.  Substansi kontrak diri ini tidak bisa dibuat asal-asalan saja tapi harus dibahas bersama dengan psikolog. 

Sebetulnya melatih diri mengelola amarah  merupakan hal yang memang patut dilakukan, terutama untuk meningkatkan kualitas diri.  Sekarang ini kualitas manusia tidak hanya ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient), tapi juga oleh EQ (Emotional Quotient).


Laporan : Faizah Fauzan

 

Pakai Pendekatan Agama


Dadang Hawari selalu menilik manajemen marah dari sudut agama dengan meyakini bahwa segala sesuatu mempunyai hikmah. Menghayati ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari bisa mengasah pengendalian emosi dalam diri seseorang.  Agama apapun senantiasa mengajarkan manusia untuk bersabar diri dan bersikap toleransi antarsesama.  Ibadah puasa contohnya, ritual yang dilakukan umat muslim selama sebulan dalam setahun ini bisa dijadikan ajang melatih self control (pengendalian diri). Menurut Dadang lagi, ada dua cara yang bisa membantu seseorang mengendalikan amarahnya, yakni: bersabar  dan shalat. 


Sebelum Anda Marah


Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, menurut Kristi, ada yang perlu dilakukan sebelum mengekspresikan rasa marah:
  1. Posisikan diri sebagai obyek marah. Pantaskah saya marah dan pantaskah dia saya marahi?
  2. Berpikirlah untuk jangka panjang.  Pikirkan apa dampaknya bila emosi marah dituruti, seperti bisa merusak hubungan dengan pihak yang bersangkutan.
  3. Lakukan time out, dengan cara meninggalkan ruangan atau tempat dimana marah Anda terpicu. 
  4. Lakukan rileksasi dengan menghirup napas panjang untuk menenangkan diri. 

Selintas hal-hal di atas terdengar mudah tapi bagi meraka yang mempunyai problem dalam mengontrol rasa marahnya hal di atas cukup sulit dilakukan.

Copas From: http://hnf66.multiply.com/journal/item/10

HADITS DAKWAH PERTEMUAN KE 11

HADITS HADITS TENTANG KEUTAMAAN DAKWAH HADITS HADITS YANG BERKAITAN DENGAN KEUTAMAAN DAKWAH   A.     Dakwah adalah Muhimmatur Rus...